Salah satu ciri khas kepribadian narsistik adalah kebutuhan akan validasi yang berlebihan. Orang dengan kepribadian narsistik selalu ingin merasa dicintai, dihargai, dan dikagumi oleh orang lain. Mereka sering kali mencari perhatian dan pujian dari orang lain, dan mereka merasa sangat terluka jika tidak mendapatkannya.
Kebutuhan akan validasi yang berlebihan ini dapat menyebabkan berbagai masalah dalam kehidupan orang dengan kepribadian narsistik. Misalnya, mereka mungkin menjadi sangat manipulatif untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Mereka juga mungkin menjadi sangat kompetitif dan suka mengkritik orang lain.
Baca juga: Kesehatan Mental Remaja Di Era Digital
Pengertian dan Ciri-Ciri Kepribadian Narsistik
Kepribadian narsistik adalah pola perilaku jangka panjang yang ditandai dengan obsesi terhadap diri sendiri, kebutuhan akan adorasi yang berlebihan, dan kurangnya empati terhadap orang lain. Individu dengan ciri-ciri narsistik sering kali menampilkan sikap arogan, merasa berhak atas hal-hal tertentu, dan cenderung memanipulasi orang lain demi keuntungan pribadi.
Mereka sering kali sangat sensitif terhadap kritik dan dapat memiliki fantasi tentang keberhasilan, kekuatan, atau keindahan yang tidak proporsional dengan kenyataan.
Sangat penting untuk membedakan kepercayaan diri yang sehat dan narsisisme. Narsisisme, di sisi lain, cenderung bersifat fantastis dan berlebihan, sedangkan kepercayaan diri adalah penilaian positif terhadap kemampuan diri sendiri yang realistis dan berdasarkan prestasi nyata.
Kepercayaan diri membangun, sedangkan narsisisme sering kali merusak dan berbasis pada kebutuhan untuk mengangkat diri sendiri dengan merendahkan orang lain.
Individu dengan kepribadian narsistik sering kali memperlihatkan beberapa ciri yang konsisten, termasuk:
- Haus Akan Pujian dan Pengakuan
- Hubungan Interpersonal yang Bermasalah
- Gambaran Diri yang Terdistorsi
Baca juga: Apa Itu Gangguan Kepribadian Borderline? Yuk Kita Pahami!
Penyebab dan Faktor Risiko Narsisisme
Meskipun penyebab pasti narsisisme masih menjadi perdebatan, beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai penyebab potensial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dan pengalaman masa kecil, seperti pola asuh yang terlalu “menganak emaskan” anak. Perilaku salah anak selalu dimaklumi dan malahan menyalahkan orang lain, anak tidak diajarkan mengkritisi kesalahan yang ia buat, dan lain-lain, dapat mempengaruhi narsisme. Pola asuh tersebut membuat anak menjadi terbiasa dianggap “hebat”, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang memiliki persepsi subjektif bahwa diri “hebat”, serta ingin mempertahankan status “hebat” dimata orang lain. Sehingga, pujian dan validasi orang lain menjadi penting bagi kepribadian narsistis.
Budaya yang menekankan pencapaian individu, status, dan penampilan juga dapat memainkan peran dalam pengembangan narsisisme. Media sosial, misalnya, telah dikritik karena mempromosikan komparasi diri yang tidak sehat dan kebutuhan konstan untuk validasi.
Baca juga: Memahami Personality (Pengertian, Tipe, Dan Faktor-Faktornya)
Menghadapi dan Mengelola Kepribadian Narsistik
Mengelola narsisisme, baik pada diri sendiri atau orang lain, bisa menjadi tantangan. Namun, ada strategi yang bisa membantu:
1. Introspeksi dan Kesadaran Diri
Langkah pertama dalam mengelola narsisme adalah mengakui dan memahami ciri-ciri ini dalam diri sendiri. Melalui introspeksi dan refleksi yang jujur, individu bisa mulai mengenali pola perilaku dan pikiran narsistik.
2. Untuk Individu dengan Ciri-Ciri Narsistik
Penting bagi individu yang menunjukkan ciri-ciri narsistik untuk mengembangkan kesadaran diri dan memahami dampak perilaku mereka terhadap orang lain. Terapi, terutama terapi perilaku kognitif, bisa membantu dalam mengatasi aspek-aspek narsistik.
3. Menetapkan Batasan
Sangat penting untuk menetapkan batasan yang jelas dan konsisten dengan individu narsistik. Jelaskan apa yang Anda anggap sebagai perilaku yang dapat diterima dan apa yang tidak.
4. Mengembangkan Empati
Latihan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain dapat mengurangi kecenderungan narsistik dan membantu dalam membangun hubungan yang lebih sehat dan lebih memenuhi.
5. Jaga Kesehatan Emosional Sendiri
Interaksi dengan individu narsistik bisa menguras energi dan emosi. Penting untuk menjaga kesehatan mental dengan mempraktikkan self-care, mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional jika diperlukan.
6. Mencari Bantuan Profesional
Profesional seperti Psikoterapi, khususnya terapi perilaku kognitif, dapat sangat membantu. Terapis dapat membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku narsistik, serta mengatasi masalah yang mendasari seperti harga diri rendah atau trauma masa kecil.
Sangat penting bagi setiap orang untuk memahami narsisisme. Meskipun ada banyak kesulitan, narsisisme dapat diatasi dengan kesadaran dan strategi yang tepat. Lebih penting lagi, menyadari perbedaan antara kepercayaan diri yang sehat dan narsisisme dapat membantu kita semua untuk membangun hubungan yang lebih otentik dan memenuhi dengan diri kita sendiri dan dengan orang lain.