Di era digital, kehidupan remaja mengalami perubahan signifikan. Akses internet dan media sosial yang mudah mempengaruhi cara pandang, interaksi sosial, dan kesehatan mental mereka. Perubahan ini membawa tantangan baru dalam memelihara kesehatan mental.
Remaja merupakan fase peralihan dari anak menuju dewasa, yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosional, dan sosial. Perubahan-perubahan ini dapat menimbulkan berbagai tantangan bagi kesehatan mental remaja. Di era digital, tantangan-tantangan tersebut semakin kompleks.
Baca juga: Mengenal Trauma Berkepanjangan Dan Faktornya
Tantangan Kesehatan Mental Remaja di Era Digital

Berikut adalah beberapa tantangan kesehatan mental remaja di era digital:
1. Koneksi dan Isolasi
Dengan segala kemajuan teknologi, media sosial telah mengubah cara kita berinteraksi dan berbicara. Tidak peduli jarak, platform ini memungkinkan Anda terhubung dengan teman, keluarga, dan komunitas.
Beberapa klik dapat digunakan untuk berbagi momen, bertukar pikiran, dan mendukung satu sama lain. Media sosial juga membantu kita memperluas jaringan sosial kita, menemukan dan bergabung dengan komunitas yang memiliki minat yang sama, dan mendapatkan informasi dan perspektif baru.
Ini adalah kemudahan yang tidak terpikirkan sebelumnya yang memungkinkan kita untuk mempertahankan hubungan dengan orang-orang yang mungkin telah hilang dari kehidupan kita karena kendala waktu dan tempat.
Tetapi media sosial dapat menyebabkan kesepian dan isolasi sosial, yang sering diabaikan. Ketika media sosial menjadi terlalu banyak dan menggantikan interaksi sosial nyata, itu bisa berbahaya.
Media sosial dapat menjadi penghalang dan menciptakan ilusi konektivitas sementara sebenarnya menjauh dari kita, alih-alih menjadi alat untuk terhubung. Ketika pengguna membandingkan kehidupan mereka dengan gambaran kehidupan orang lain, yang seringkali tidak realistis, mereka sering merasa tidak cukup dan kesepian.
Pada akhirnya, hal ini dapat menyebabkan kita kehilangan keterampilan sosial dan lebih terisolasi, terutama bagi generasi muda yang paling aktif di media sosial.
2. Citra Tubuh dan Kecemasan
Seringkali, persepsi seseorang tentang diri mereka sendiri menjadi buruk jika mereka terlalu fokus pada foto tubuh mereka yang dianggap “ideal” di media sosial. Standar kecantikan yang tidak realistis dan sulit dicapai diciptakan oleh gambar-gambar ini, yang seringkali disunting atau dipilih secara selektif untuk menampilkan penampilan terbaik.
Fenomena ini sangat berpengaruh pada remaja, yang masih membentuk identitas mereka dan sangat rentan terhadap pengaruh dari luar. Mereka mungkin mulai tidak puas dengan penampilan mereka dan berusaha keras untuk mencapai standar yang seringkali tidak sehat atau bahkan tidak mungkin.
Ketidakpuasan ini dapat berkembang menjadi kecemasan yang sangat besar terhadap penampilan mereka, yang pada gilirannya berdampak negatif pada kesehatan mental mereka secara keseluruhan.
Kecemasan terkait citra tubuh ini mempengaruhi cara seseorang melihat dan berinteraksi dengan dunia. Anak mungkin terlalu tertarik pada bagaimana mereka terlihat di media sosial dan menghabiskan banyak waktu dan sumber daya untuk mencoba menjadi seperti yang mereka katakan.
Hal ini dapat menyebabkan tindakan seperti diet ekstrem, obsesi olahraga, atau bahkan perilaku makan yang tidak sehat. Selain itu, kecemasan ini juga dapat menyebabkan depresi, isolasi sosial, dan perasaan rendah diri.
Penting untuk mengajarkan anak tentang kesehatan mental dan citra tubuh yang sehat, serta membantu mereka menjadi lebih percaya diri, bukan hanya tentang penampilan.
3. Kecanduan digital
Kecanduan digital, seperti ketergantungan pada media sosial, bermain game online, dan penggunaan ponsel pintar yang berlebihan, telah menjadi masalah kesehatan mental yang serius di era modern. Fenomena ini ditandai dengan penggunaan teknologi yang berlebihan dan kompulsif; orang sulit untuk berhenti menggunakan perangkat digital.
Salah satu efek paling dekat kecanduan digital adalah masalah tidur. Paparan cahaya biru dari perangkat elektronik di malam hari dapat mengganggu produksi hormon melatonin, yang mengatur siklus tidur dan bangun. Ini dapat menyebabkan masalah tidur atau insomnia.
Kecanduan digital juga dapat meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Saat individu yang kecanduan tidak dapat mengakses perangkat digital mereka, mereka seringkali merasa cemas, yang dapat mempengaruhi mood dan kesejahteraan emosional mereka.
Hal ini dapat berkontribusi pada perkembangan kondisi kesehatan mental yang lebih serius dalam jangka panjang. Kecanduan digital harus diakui dan ditangani sebagai masalah kesehatan mental yang sah.
Mengatasi kecanduan digital dan efek negatifnya dapat dilakukan dengan mengurangi waktu yang dihabiskan di layar, menerapkan kebiasaan hidup yang sehat, dan mendapatkan dukungan profesional jika diperlukan.
4. Bullying online
Cyberbullying adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis kekerasan yang terjadi di internet yang biasanya menargetkan remaja. Contoh dari fenomena ini adalah tindakan seperti menghina, menyebarkan rumor, mengancam, atau mengolok-olok seseorang melalui media digital seperti media sosial, pesan teks, atau platform online lainnya.
Bullying online membahayakan kesehatan mental remaja. Salah satu efek yang paling jelas adalah merasa terisolasi. Karena pelecehan online biasanya terjadi di tempat pribadi dan tersembunyi dari pandangan umum, korban sering kali merasa sendirian saat mengalaminya.
Selain itu, korban pelecehan online juga dapat kehilangan harga diri. Pesan negatif dan pelecehan terus-menerus dapat membuat remaja merasa tidak diinginkan atau berharga.
Dalam beberapa kasus, ini dapat berkembang menjadi depresi, di mana korban mungkin mengalami perubahan mood yang berkepanjangan, kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya mereka nikmati, dan perubahan dalam pola makan atau tidur.
Baca juga: Mengenal Overthinking Dan Cara Mengatasinya
Solusi Menjaga Kesehatan Mental Remaja di Era Digital

Berikut adalah beberapa solusi untuk menjaga kesehatan mental remaja di era digital:
1. Menetapkan Batas Waktu Penggunaan
Anak perlu diajarkan untuk menetapkan batas waktu penggunaan teknologi digital. Ini bisa berupa aturan tidak menggunakan gadget setelah jam tertentu atau mengalokasikan waktu khusus untuk kegiatan non-digital.
2. Tempat Tidur sebagai Zona Bebas Teknologi
Menghindari penggunaan teknologi digital di tempat tidur sangat penting untuk memastikan kualitas tidur yang baik. Kamar tidur harus menjadi tempat yang kondusif untuk istirahat, bukan untuk kegiatan digital.
3. Hobi dan Kegiatan Luar Ruangan
Melibatkan anak dalam hobi atau kegiatan luar ruangan dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental. Kegiatan ini membantu mereka terlepas dari tekanan dunia digital dan mengembangkan keterampilan serta minat baru.
4. Kontribusi Sosial dan Kegiatan Bermanfaat
Keterlibatan dalam kegiatan sukarela atau proyek sosial dapat memberikan rasa pencapaian dan kepuasan. Ini juga membantu anak mengembangkan rasa tanggung jawab sosial dan keterampilan kepemimpinan.
Penting bagi anak usia remaja untuk menemukan keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata. Dengan dukungan dan bimbingan yang tepat dari orang tua dan pendidik, remaja dapat memanfaatkan teknologi secara bijak sambil mengembangkan diri secara holistik.
Baca juga: Masuk Liburan, Hati-Hati Dengan FOMO