Di era modern ini, percakapan sering kali terasa seperti medan pertempuran. Sebuah diskusi ringan tentang politik, agama, atau bahkan makanan bisa dengan mudah berubah menjadi perdebatan sengit.
Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, bagaimana kita bisa mengembalikan seni berbicara dan mendengarkan yang sesungguhnya? Berikut ini adalah panduan untuk menciptakan percakapan yang bermakna dan menyenangkan dari Celeste Headlee.
Mengapa Kita Sulit Berbicara dan Mendengarkan?
Penelitian Pew Research menunjukkan bahwa masyarakat saat ini lebih terpolarisasi dibanding sebelumnya. Keputusan besar seperti di mana tinggal, siapa yang dinikahi, bahkan siapa yang dijadikan teman, seringkali didasarkan pada kesamaan pandangan. Sayangnya, ini berarti kita lebih jarang mendengarkan sudut pandang yang berbeda.
Teknologi, terutama smartphone, juga mempengaruhi kemampuan kita berkomunikasi. Remaja, misalnya, lebih sering mengirim teks daripada berbicara langsung. Hal ini membuat keterampilan komunikasi interpersonal, seperti mempertahankan percakapan, menjadi terabaikan.
10 Aturan Dasar untuk Percakapan yang Lebih Baik
1. Jangan Multitasking
Saat berbicara, hadir sepenuhnya. Jangan membagi perhatian dengan ponsel atau pikiran tentang hal lain. Jika tidak ingin terlibat dalam percakapan, lebih baik tinggalkan saja.
2. Jangan Berkhotbah
Percakapan bukan panggung untuk menyampaikan monolog atau opini sepihak. Masuklah dengan niat untuk belajar sesuatu dari lawan bicara.
3. Gunakan Pertanyaan Terbuka
Alih-alih bertanya, “Apakah itu membuatmu marah?” coba tanyakan, “Bagaimana perasaanmu saat itu?” Pertanyaan terbuka mendorong jawaban yang lebih dalam dan reflektif.
4. Ikuti Alur
Biarkan percakapan mengalir. Jangan terpaku pada ide atau cerita yang ingin Anda sampaikan sehingga kehilangan esensi dari apa yang sedang dibicarakan.
5. Akui Ketidaktahuan
Jika tidak tahu sesuatu, akui saja. Bersikap jujur lebih dihargai daripada berpura-pura tahu.
6. Jangan Samakan Pengalaman Anda
Setiap pengalaman itu unik. Jika seseorang berbicara tentang kesulitan mereka, hindari membandingkan dengan pengalaman pribadi Anda. Fokus pada cerita mereka.
7. Hindari Pengulangan
Mengulang-ulang poin yang sama membuat percakapan terasa membosankan dan merendahkan intelegensi lawan bicara.
8. Jangan Terlalu Mendetail
Orang lebih peduli pada inti cerita Anda daripada detail seperti tanggal atau nama yang mungkin Anda lupa.
9. Belajar Mendengarkan
Mendengarkan adalah keterampilan penting. Sebagian besar dari kita mendengar dengan niat untuk menjawab, bukan untuk memahami. Ubah kebiasaan ini.
10. Jadi Pendengar yang Singkat dan Padat
Berbicaralah secukupnya. Jadilah orang yang tertarik pada cerita orang lain, bukan hanya ingin didengar.
Seni Mendengarkan: Inti dari Komunikasi
Seperti yang dikatakan Buddha, “Jika mulutmu terbuka, kamu tidak belajar apa-apa.” Mendengarkan bukan hanya tentang menerima informasi, tapi juga menciptakan ruang bagi orang lain untuk merasa dihargai.
Stephen Covey juga mengingatkan bahwa kebanyakan dari kita mendengar dengan tujuan untuk membalas, bukan untuk memahami. Percakapan yang baik membutuhkan niat untuk memahami, bukan untuk memenangkan argumen.
Salah satu cara terbaik untuk menjadi komunikator yang hebat adalah dengan selalu siap untuk terpesona oleh orang lain. Setiap orang memiliki sesuatu yang unik untuk dibagikan. Seperti yang pernah dikatakan Bill Nye, “Setiap orang yang kamu temui tahu sesuatu yang tidak kamu tahu.”
Jadi, lain kali ketika Anda berbicara dengan seseorang, biarkan rasa ingin tahu memandu Anda. Dengarkan lebih banyak, bicara lebih sedikit, dan temukan keajaiban dalam setiap percakapan. Anda mungkin akan terkejut dengan apa yang Anda pelajari.