Kita mungkin sering mendengar istilah “gaslighting,” yang merujuk pada manipulasi emosional di mana seseorang dibuat meragukan kenyataan atau perasaan mereka sendiri. Namun, apa yang terjadi ketika proses ini dilakukan oleh diri sendiri? Fenomena ini dikenal sebagai self-gaslighting, di mana kita meragukan atau bahkan menolak perasaan, pikiran, dan pengalaman kita sendiri. Hal ini bisa sangat berbahaya bagi kesehatan mental dan kesejahteraan emosional, namun sering kali sulit untuk dikenali karena terjadi secara internal.
Apa Itu Self-Gaslighting?
Self-gaslighting terjadi ketika seseorang secara terus-menerus meragukan validitas perasaan, pikiran, atau pengalaman mereka sendiri. Ini mungkin dimulai sebagai cara untuk mengatasi situasi sulit, tetapi akhirnya menjadi kebiasaan yang merusak, di mana seseorang secara otomatis menolak emosi mereka sendiri. Misalnya, Anda merasa marah atau terluka, tetapi segera berpikir, “Ah, mungkin saya yang terlalu berlebihan,” atau “Mungkin saya yang salah.” Secara tidak sadar, Anda menekan emosi dan meyakini bahwa perasaan tersebut tidak sah atau tidak beralasan.
Pada dasarnya, self-gaslighting adalah proses di mana Anda menjadi kritikus paling keras bagi diri sendiri, hingga pada titik di mana Anda kehilangan kepercayaan pada apa yang sebenarnya Anda rasakan.
Bagaimana Self-Gaslighting Terjadi?
Self-gaslighting sering kali dimulai dari pola pikir yang terbentuk akibat pengalaman masa lalu, seperti:
- Pengaruh Lingkungan yang Meremehkan Emosi
Jika Anda tumbuh dalam lingkungan di mana perasaan dan emosi sering diabaikan, diremehkan, atau dianggap tidak valid, Anda mungkin belajar untuk meragukan atau menekan emosi Anda sendiri. Misalnya, jika Anda kerap mendengar kalimat seperti, “Jangan terlalu sensitif,” atau “Itu bukan masalah besar,” Anda akan cenderung memandang perasaan sebagai sesuatu yang tidak penting. - Pengalaman Gaslighting dari Orang Lain
Jika seseorang pernah mengalami gaslighting dari pasangan, teman, atau anggota keluarga, mereka bisa mulai meragukan penilaian dan perasaan mereka sendiri. Dalam jangka panjang, mereka mungkin mengambil alih peran gaslighter dan mulai memanipulasi diri sendiri, berpikir bahwa setiap perasaan yang muncul tidaklah valid. - Standar Diri yang Terlalu Tinggi
Self-gaslighting juga bisa terjadi ketika seseorang memiliki standar yang sangat tinggi terhadap diri mereka sendiri. Mereka mungkin berpikir bahwa menunjukkan emosi adalah tanda kelemahan, sehingga mereka menekan atau meragukan perasaan mereka. Sebagai contoh, Anda mungkin berpikir bahwa Anda tidak seharusnya merasa cemas, marah, atau sedih, dan karenanya menolak perasaan-perasaan tersebut.
Tanda-Tanda Self-Gaslighting
Mengenali self-gaslighting bisa sulit karena proses ini sering kali terjadi secara otomatis. Namun, ada beberapa tanda yang bisa membantu Anda mengidentifikasinya:
- Meragukan Validitas Perasaan Anda
Anda sering merasa tidak yakin apakah perasaan Anda sah atau beralasan. Setiap kali merasakan sesuatu yang kuat, Anda langsung berpikir, “Mungkin saya salah,” atau “Saya pasti berlebihan.” - Mengabaikan atau Menekan Emosi
Ketika emosi muncul, alih-alih mengakui dan merasakannya, Anda cenderung menekan atau mengabaikannya. Anda mungkin meyakini bahwa perasaan tersebut tidak penting atau tidak relevan. - Membandingkan Perasaan dengan Orang Lain
Anda kerap membandingkan perasaan Anda dengan orang lain dan berpikir bahwa mereka memiliki alasan yang lebih baik untuk merasa seperti mereka. Sebagai contoh, Anda mungkin berpikir, “Orang lain punya masalah yang lebih besar, saya tidak berhak merasa seperti ini.” - Bersikap Terlalu Kritis terhadap Diri Sendiri
Anda sering mengkritik diri sendiri atas perasaan yang Anda alami, berpikir bahwa Anda tidak seharusnya merasakan emosi tersebut. Anda mungkin menganggap diri Anda lemah atau kurang kuat secara emosional. - Meragukan Ingatan atau Pengalaman
Self-gaslighting juga dapat menyebabkan seseorang meragukan ingatan atau pengalaman mereka sendiri. Mereka mungkin berpikir, “Apakah kejadian itu benar-benar seburuk yang saya ingat?” atau “Mungkin saya yang salah memahami situasi tersebut.”
Dampak Self-Gaslighting pada Kesehatan Mental
Self-gaslighting memiliki dampak yang sangat merusak pada kesehatan mental. Berikut adalah beberapa dampaknya:
- Kehilangan Kepercayaan Diri
Ketika Anda terus-menerus meragukan perasaan dan pengalaman Anda, Anda bisa kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Ini membuat Anda sulit untuk membuat keputusan atau mengambil tindakan, karena Anda merasa tidak yakin pada penilaian Anda sendiri. - Depresi dan Kecemasan
Menekan emosi dan meragukan validitas perasaan sendiri bisa menyebabkan akumulasi stres yang berkepanjangan, yang pada akhirnya memicu kecemasan dan depresi. Ketidakmampuan untuk mengakui dan mengekspresikan emosi dapat menyebabkan perasaan tertekan yang berlarut-larut. - Isolasi Emosional
Self-gaslighting juga bisa membuat Anda merasa terisolasi secara emosional. Ketika Anda meragukan perasaan Anda sendiri, sulit bagi Anda untuk terbuka kepada orang lain tentang apa yang sebenarnya Anda rasakan. Anda mungkin merasa bahwa orang lain tidak akan memahami atau mendukung Anda. - Kehilangan Koneksi dengan Diri Sendiri
Seiring waktu, self-gaslighting dapat membuat Anda kehilangan koneksi dengan diri sendiri. Anda tidak lagi mempercayai apa yang Anda rasakan, dan ini bisa membuat Anda merasa terpisah dari identitas emosional Anda sendiri.
Cara Menghentikan Self-Gaslighting
Untuk mengatasi self-gaslighting, penting untuk memulai dengan mengakui bahwa perasaan Anda valid. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu:
- Sadari dan Terima Emosi Anda
Langkah pertama dalam menghentikan self-gaslighting adalah menyadari emosi yang Anda rasakan dan menerima bahwa emosi tersebut sah. Tidak ada perasaan yang salah atau benar—emosi hanyalah respons alami terhadap apa yang Anda alami. - Tingkatkan Kesadaran Diri
Latih diri Anda untuk lebih sadar terhadap pikiran-pikiran yang meragukan perasaan Anda. Ketika Anda menyadari bahwa Anda mulai meragukan emosi, cobalah untuk menghentikan pikiran tersebut dan ganti dengan afirmasi positif. Misalnya, katakan pada diri sendiri, “Apa yang saya rasakan adalah valid.” - Cari Dukungan
Berbagi perasaan dengan teman, keluarga, atau terapis bisa sangat membantu. Mendengar perspektif orang lain yang mendukung bisa membantu Anda merasa lebih yakin bahwa perasaan Anda sah dan tidak perlu diragukan. - Praktikkan Self-Compassion
Bersikaplah lebih baik dan penuh kasih kepada diri sendiri. Jika Anda cenderung bersikap terlalu keras pada diri sendiri, coba ganti kritikan dengan kata-kata yang lebih lembut dan mendukung, seperti, “Tidak apa-apa merasa seperti ini. Saya manusia, dan ini adalah bagian dari pengalaman hidup.” - Journaling Emosi
Menuliskan perasaan dalam jurnal bisa membantu Anda memahami dan mengakui emosi Anda tanpa menilai diri sendiri. Journaling juga bisa membantu Anda melacak pola self-gaslighting dan mulai mengatasinya secara lebih efektif.
Self-gaslighting adalah bentuk manipulasi internal di mana seseorang meragukan perasaan dan pengalaman mereka sendiri. Meskipun sulit untuk diatasi, dengan kesadaran dan latihan, kita dapat belajar untuk lebih menerima dan mempercayai perasaan kita.
Ingatlah bahwa setiap emosi yang kita rasakan adalah valid dan berharga—terlepas dari seberapa besar atau kecil situasi yang memicunya. Merawat kesehatan emosional adalah langkah penting dalam mencapai kesejahteraan mental yang lebih baik.