Motivasi adalah elemen penting yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan, menjalani hari dengan semangat, dan terus maju meski menghadapi tantangan. Namun, tidak sedikit yang merasa kehilangan motivasi. Fenomena ini tidak hanya dialami individu tertentu, tetapi juga menjadi tren yang dirasakan oleh banyak orang, terutama di generasi Millennial dan Gen Z.
Setiap hari, banyak yang mengeluhkan rasa lelah mendalam, bukan sekadar kelelahan fisik, melainkan rasa kehilangan arah. Beberapa karyawan merasa tidak terinspirasi di tempat kerja, bahkan setengah dari pekerja Amerika saat ini aktif mencari pekerjaan baru. Situasi serupa juga terjadi di rumah, dengan banyak keluarga berjuang untuk mengelola keuangan dan kesehatan. Data menunjukkan bahwa penyakit kronis, seperti diabetes dan penyakit jantung, semakin meningkat.
Namun, apakah masyarakat benar-benar kehilangan motivasi? Jawabannya adalah tidak. Motivasi bukanlah sesuatu yang dapat hilang begitu saja seperti kunci mobil atau dompet. Motivasi, pada dasarnya, adalah bentuk pengetahuan. Ia bukan tentang kekuatan semata, melainkan kebijaksanaan dalam memahami cara memotivasi diri sendiri.
Motivasi Sebagai Pengetahuan
Berbeda dari anggapan bahwa motivasi adalah otot yang perlu dilatih, motivasi lebih menyerupai keterampilan yang dipelajari. Untuk menjadi termotivasi, seseorang perlu mengubah situasi atau cara pandangnya terhadap situasi tersebut. Contohnya, jika ingin lebih aktif secara fisik, tidak ada gunanya hanya menyuruh diri sendiri untuk berjalan lebih banyak. Sebaliknya, menciptakan kondisi yang mendukung, seperti memelihara hewan peliharaan yang membutuhkan aktivitas, dapat menjadi solusi yang lebih efektif.
Langkah pertama dalam membangun motivasi adalah menetapkan tujuan. Namun, penting untuk memilih tujuan yang menarik untuk dikejar, bukan sekadar hasil yang diinginkan. Banyak orang menetapkan tujuan yang mereka harap sudah tercapai, tetapi kurang memiliki minat untuk menjalani prosesnya. Padahal, motivasi intrinsik muncul ketika seseorang menikmati perjalanan mencapai tujuan tersebut, bukan hanya berfokus pada hasil akhirnya.
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tujuan ditinggalkan bukan karena kurang penting, tetapi karena proses mencapainya tidak menyenangkan. Dengan kata lain, kesenangan dalam menjalani proses adalah kunci untuk tetap berkomitmen pada tujuan.
Mengatasi Tantangan di Tengah Perjalanan
Motivasi cenderung tinggi di awal dan mendekati akhir sebuah proyek, tetapi sering menurun di tengah perjalanan. Fenomena ini disebut “masalah di tengah.” Untuk mengatasinya, buatlah tahapan yang lebih pendek, seperti tujuan mingguan atau harian. Dengan demikian, akhir dari sebuah tahap selalu terasa dekat, sehingga mempermudah menjaga motivasi.
Setbacks atau hambatan juga dapat merusak semangat di tengah perjalanan. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menghilangkan ego dari situasi tersebut. Ketika seseorang mengesampingkan ego, mereka lebih mudah belajar dari kesalahan dan melanjutkan proses dengan pola pikir yang lebih sehat.
Menyambut Ketidaknyamanan untuk Pertumbuhan
Sebagian besar orang menghindari ketidaknyamanan, tetapi mencarinya secara sengaja dalam dosis kecil dapat mendorong pertumbuhan pribadi. Misalnya, dalam sebuah studi yang dilakukan di pusat pelatihan improvisasi, mereka yang secara aktif menerima rasa canggung mampu lebih berani dan kreatif dibandingkan dengan mereka yang hanya berfokus pada keterampilan. Ketidaknyamanan sementara ini menjadi alat untuk memperluas batasan diri dan menciptakan pengalaman yang lebih bermakna.
Menyeimbangkan Berbagai Tujuan
Motivasi sering kali menghadapi tantangan dalam bentuk konflik antara berbagai prioritas, seperti pekerjaan dan keluarga. Namun, alih-alih melihatnya sebagai dua hal yang bertentangan, bijaksanalah untuk memandangnya sebagai elemen yang saling melengkapi. Misalnya, keberhasilan di tempat kerja dapat memberikan rasa puas yang meningkatkan kualitas hubungan di rumah, begitu pula sebaliknya.
Salah satu strategi penting adalah menemukan kombinasi yang tepat antara berbagai aktivitas. Sama seperti memilih makanan di prasmanan, setiap pilihan harus seimbang, menarik, dan mendukung tujuan keseluruhan.
Peran Dukungan Sosial
Tidak kalah pentingnya adalah dukungan dari orang-orang di sekitar. Keluarga, teman, dan kolega dapat menjadi mercusuar yang membantu seseorang tetap termotivasi. Hubungan yang mendukung tidak hanya memberikan rasa nyaman, tetapi juga mendorong seseorang untuk terus berkembang. Kisah Marie dan Pierre Curie, misalnya, menunjukkan bagaimana dukungan dari pasangan tidak hanya memperkuat hubungan, tetapi juga menghasilkan pencapaian luar biasa, termasuk empat hadiah Nobel dalam keluarga mereka.
Motivasi bukanlah tentang menjadi kuat secara fisik atau emosional, melainkan tentang menjadi bijaksana dalam mengelola tujuan dan proses mencapainya. Dengan memahami prinsip-prinsip motivasi, mengatasi tantangan di tengah perjalanan, dan memanfaatkan dukungan sosial, siapapun dapat kembali menemukan semangat yang hilang. Ketika merasa kehilangan motivasi, ingatlah bahwa motivasi adalah keterampilan yang bisa dipelajari, dan kebijaksanaan adalah kuncinya.
Referensi : Ayelet Fishbach