Pernahkah Anda berada dalam situasi dimana seseorang bercerita tentang pengalaman buruk yang mereka alami, namun detail ceritanya selalu menempatkan mereka sebagai korban? Atau mungkin Anda pernah mendengar komentar yang menyalahkan korban atas kejadian yang menimpanya? Sudah tahu apa perbedaan playing victim dan victim blaming?
Kedua situasi ini menggambarkan perilaku berbeda, yaitu playing victim dan victim blaming. Sekilas keduanya terlihat mirip, namun ada perbedaan mendasar yang penting untuk dipahami. Yuk, kita kupas tuntas agar Anda tidak terjebak manipulasi dan bisa bersikap adil!
Apa Itu Playing Victim?
Playing victim adalah perilaku seseorang yang secara sengaja memanipulasi situasi dengan mencitrakan diri sebagai korban, meskipun mereka mungkin memiliki peran atau tanggung jawab dalam situasi tersebut. Orang yang melakukan playing victim biasanya berusaha mendapatkan simpati, perhatian, atau keuntungan tertentu dengan cara ini.
Ciri-ciri Playing Victim
- Menolak Tanggung Jawab: Mereka enggan mengakui kesalahan atau kontribusi mereka dalam situasi yang terjadi.
- Ahlinya Manipulasi Emosi: Seringkali menggunakan air mata, nada bicara dramatis, atau cerita yang dilebih-lebihkan untuk memanipulasi emosi dan mendapatkan dukungan orang lain.
- Menghindari Introspeksi: Tidak mau melihat ke dalam diri sendiri untuk memahami peran mereka dalam masalah dan mencari solusi konstruktif.
Contoh Playing Victim
Bayangkan seorang teman yang selalu terlambat saat janjian, namun selalu berdalih dengan cerita dramatis tentang kemacetan parah atau masalah keluarga yang dibuat-buat. Tujuannya? Mendapatkan perhatian dan menghindari rasa bersalah.
Baca juga: Cara Mendapatkan Circle Pertemanan Yang Berkualitas
Apa Itu Victim Blaming?
Victim blaming terjadi ketika korban suatu situasi yang merugikan justru disalahkan atas apa yang menimpanya. Ini bisa berupa komentar langsung, asumsi negatif, atau sikap yang membuat korban merasa bersalah dan semakin terpuruk. Akibatnya, victim blaming bisa memperparah trauma, menghalangi korban untuk mencari bantuan, dan memperkuat budaya menyalahkan yang tidak adil.
Dampak Negatif Victim Blaming
- Memperparah Trauma Korban: Korban yang disalahkan justru akan merasa semakin terpuruk dan trauma yang dialami bisa bertambah parah.
- Mencegah Korban Mencari Bantuan: Korban yang takut disalahkan mungkin enggan menceritakan pengalaman buruk dan mencari bantuan.
- Membudayakan Menyalahkan: Victim blaming dapat memperkuat budaya menyalahkan dan mengesampingkan suara para korban.
Contoh Victim Blaming
- Komentar seperti “Kamu seharusnya lebih berhati-hati,” kepada korban pelecehan seksual, justru menyalahkan korban dan mengabaikan tindakan pelaku.
- Menganggap korban kekerasan dalam rumah tangga “provokatif” dan “membawa diri/ memancing kekerasan” adalah contoh victim blaming yang keliru dan tidak adil.
Baca juga: Kenapa Seseorang Melakukan Bullying?
Perbedaan Playing Victim dan Victim Blaming
Aspek | Playing Victim | Victim Blaming |
Tujuan | Manipulasi, mendapatkan simpati, menghindari tanggung jawab | Menyalahkan korban, meringankan tanggung jawab pelaku |
Posisi | Berperan sebagai korban | Menyalahkan korban |
Dampak | Memperkuat perilaku manipulatif, menghambat solusi | Memperparah trauma korban, menghambat pemulihan |
Ingat, dunia ini penuh cerita. Yuk, jadilah pendengar yang baik dan peka terhadap playing victim dan victim blaming. Dengan mengenali keduanya, kita bisa menjadi jembatan penghubung bagi para korban untuk berani bersuara dan mencari solusi. Mari wujudkan masyarakat lebih sehat dan saling mendukung, karena keadilan dan empati dimulai dari diri kita sendiri.
Baca juga: Tingkatkan Mood Booster Dengan 5 Cara Sederhana Ini