Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) merupakan gangguan emosi dan fisik yang dialami wanita sebelum menstruasi. Lebih parah dari Premenstrual Syndrome (PMS), Premenstrual Dysphoric Disorder terjadi pada 3–5% wanita menjelang menstruasi, umumnya 1–2 minggu sebelum menstruasi dan mereda beberapa hari setelah haid.
PMDD Bukan Sekedar Badmood Apa Lagi PMS!

Memahami perbedaan antara Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), Bad Mood, dan Premenstrual Syndrome (PMS) sangat penting, karena masing-masing memiliki ciri khas dan pengaruh yang berbeda pada kehidupan sehari-hari.
PMDD adalah kondisi yang jauh lebih serius karena bukan hanya sekedar perubahan mood kecil, tetapi gangguan mood yang terkait erat dengan siklus menstruasi. Gejala seperti depresi berat, perubahan mood yang signifikan, kecemasan, dan iritabilitas dapat mengganggu dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Seminggu atau dua minggu sebelum menstruasi, gejala ini biasanya muncul dan hilang saat menstruasi dimulai. Terapi hormon, penggunaan antidepresan, dan perubahan gaya hidup biasanya merupakan bagian dari pengobatan.
Sebaliknya, suasana hati yang buruk, juga dikenal sebagai mood buruk, adalah kondisi yang lebih umum dan dapat dialami oleh siapa saja. Faktor-faktor seperti stres, kelelahan, atau masalah pribadi dapat menyebabkan perasaan sedih, marah, atau frustrasi.
Ini tidak tergantung pada siklus menstruasi dan bisa terjadi kapan saja, tergantung pada keadaan atau hal-hal yang membuat Anda merasa tertekan. Pengobatan biasanya lebih sederhana, seperti menjaga istirahat yang cukup, mengendalikan stres, atau berkonsultasi dengan dokter jika diperlukan.
Terakhir, PMS adalah kondisi yang lebih sering dan lebih ringan dibandingkan PMDD. Ini adalah kumpulan gejala yang muncul satu atau dua minggu sebelum menstruasi, seperti kembung, sakit kepala, perubahan mood ringan, kelelahan, dan nyeri payudara.
Gejala ini biasanya muncul satu atau dua minggu sebelum menstruasi dan hilang ketika menstruasi dimulai. Pengobatannya mencakup perubahan gaya hidup, seperti mengubah pola makan dan berolahraga, serta penggunaan obat-obatan tertentu untuk meredakan gejalanya.
Secara keseluruhan, PMS dan PMDD adalah kondisi medis yang terkait dengan siklus menstruasi. Namun, mood buruk dapat terjadi karena berbagai alasan dan tidak selalu terkait dengan perubahan hormon atau siklus menstruasi. Memahami perbedaan ini membantu menemukan dan menangani setiap situasi dengan benar.
Baca juga: Vicarious Trauma, Bagaimana Trauma Orang Mempengaruhi Kita
Penyebab dan Faktor Resiko PMDD

Gangguan yang dikenal sebagai premenstrual dysphoric disorder (PMDD) adalah gangguan yang berkaitan dengan siklus menstruasi dan memiliki penyebab yang belum sepenuhnya dipahami. Kadar hormon estrogen dan progesteron yang menurun sebelum menstruasi diduga menjadi salah satu penyebab utama. Ketika hormon ini menurun, dapat menyebabkan tubuh tidak seimbang, yang berdampak pada mood dan kondisi fisik.
Selain itu, perubahan pada kadar serotonin, zat kimia di otak yang mempengaruhi suasana hati, juga berkontribusi pada timbulnya PMDD. Kadar serotonin yang tidak stabil dapat membuat seseorang lebih sensitif dan rentan terhadap perubahan mood yang ekstrim.
Adapun faktor risikoPremenstrual Dysphoric Disorder meliputi:
- Genetik: Wanita yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat PMDD lebih berisiko mengalaminya.
- Trauma Emosional atau Fisik: Pengalaman traumatis bisa meningkatkan risiko PMDD.
- Riwayat Depresi atau Gangguan Mood: Wanita dengan riwayat depresi atau gangguan mood lain cenderung lebih rentan terhadap PMDD.
- Obesitas: Berat badan berlebih dapat mempengaruhi keseimbangan hormon dan memperburuk gejala PMDD.
- Konsumsi Alkohol: Penggunaan alkohol yang berlebihan dapat memperburuk gejala PMDD.
- Merokok: Kebiasaan merokok juga dikaitkan dengan peningkatan risiko PMDD.
Penting untuk diingat bahwa PMDD adalah kondisi yang kompleks dan multifaktorial, dimana setiap individu mungkin memiliki kombinasi penyebab dan pemicu yang unik. Pengenalan lebih dini dan penanganan yang tepat dapat membantu mengurangi dampak PMDD pada kehidupan sehari-hari.
Gejala PMDD
Gejala PMDD biasanya sangat parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala-gejala tersebut meliputi:
- Perubahan Mood yang Drastis: termasuk menangis atau sedih secara tiba-tiba.
- Iritabilitas Tinggi: mudah tersinggung dan marah.
- Perasaan Putus Asa dan Depresi.
- Kecemasan Berlebihan.
- Hilangnya Minat pada Aktivitas Sehari-hari.
- Kesulitan Berkonsentrasi.
- Kelelahan.
- Perubahan Nafsu Makan: termasuk binge eating.
- Sakit Kepala, Insomnia, Kram Perut.
- Nyeri dan Bengkak Payudara.
- Nyeri Sendi dan Otot, Kembung.
- Kenaikan Berat Badan.
Baca juga: Mengenal Overthinking Dan Cara Mengatasinya
Pengobatan dan Pencegahan PMDD

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional jika gejala mengganggu aktivitas harian atau tidak membaik dengan perawatan mandiri. Segera cari bantuan medis jika mengalami serangan panik, amarah tak terkontrol, depresi berat, keinginan untuk melukai diri atau orang lain, serta pikiran bunuh diri.
Tujuan pengobatan PMDD adalah meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Pengobatan bisa meliputi:
- Obat Antidepresan: seperti fluoxetine atau sertraline.
- Pil KB: untuk stabilkan kadar hormon.
- Obat Pereda Nyeri: seperti ibuprofen dan naproxen.
- Suplemen: kalsium, vitamin B6, dan magnesium.
- Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat juga penting, termasuk:
- Olahraga Rutin.
- Tidak Merokok dan Mengurangi Alkohol serta Kafein.
- Tidur yang Cukup.
- Relaksasi: seperti yoga atau meditasi.
- Pengelolaan Stres.
- Dukungan Sosial.
Meskipun penyebab PMDD belum diketahui pasti, beberapa langkah dapat mengurangi keparahannya:
- Makan Bergizi dan Seimbang.
- Konsumsi Buah, Sayur, dan Karbohidrat Kompleks.
- Mengurangi Fast Food, Gula, dan Garam.
- Mengurangi Kafein.
- Istirahat Cukup.
- Mengelola Stres dan Relaksasi.
- Olahraga Teratur.
Dengan pemahaman yang baik tentang PMDD dan pengelolaannya, wanita yang menderita kondisi ini bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dan seimbang.
Baca juga: Pengertian Physical Touch, Macam Dan Caranya