Dari Awkward Jadi Percaya Diri, Atasi Kecemasan Sosial Di tempat Kerja

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
Twitter
Kecemasan sosial

Bayangkan Anda berjalan di atas tali, di bawahnya ada banyak mata yang memperhatikan. Setiap langkah yang diambil terasa berat karena takut jatuh atau membuat kesalahan di depan semua orang. Perasaan canggung, gugup, dan takut saat berinteraksi di lingkungan kerja ini bisa disebut kecemasan sosial, di mana setiap tindakan atau kata Anda terasa seperti sedang dinilai oleh orang lain.

Gangguan kecemasan sosial atau fobia sosial adalah ketakutan akan situasi sosial yang melibatkan interaksi dengan orang lain. Biasanya orang dengan gangguan kecemasan sosial mengalami ketakutan dan kecemasan yang berlebihan terhadap situasi sosial tertentu.

Baca juga: Kebiasaan Baik Yang Menunjang Kesehatan Mental

Menguak Penyebab Gangguan Kecemasan Sosial

Kecemasan sosial

Gangguan kecemasan sosial, sebuah labirin mental yang rumit, seringkali diakibatkan oleh kombinasi beberapa faktor yang saling berkaitan.

1. Genetik

Salah satu sudut labirin ini adalah faktor keturunan. Seringkali, gangguan fobia sosial ini seperti benih yang ditanam dan tumbuh dalam keluarga, berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya. Meski begitu, masih menjadi misteri apakah benih ini tumbuh karena DNA yang diwariskan atau karena belajar dari perilaku anggota keluarga lain yang juga berjuang dengan kecemasan yang sama.

2. Lingkungan

Lingkungan hidup bertindak sebagai tanah subur yang mendukung timbulnya kecemasan sosial. Sikap ini seringkali dipelajari dan ditiru, bermula dari melihat orang lain yang berperilaku cemas. Lebih dari itu, banyak yang tumbuh dalam naungan orang tua yang terlalu protektif atau mengontrol, menciptakan lingkungan yang membatasi, di mana anak belajar untuk merespon dengan kecemasan alih-alih keberanian dan kebebasan.

3. Struktur Otak

Terakhir, amygdala, struktur otak kecil yang berperan sebagai pusat alarm untuk rasa takut, memainkan peran kunci. Ketika amygdala ini menjadi terlalu reaktif, terutama dalam menghadapi situasi sosial, ia memicu respons takut yang berlebihan. Hal ini seperti bel alarm yang berdering terlalu keras dan terlalu lama, menjadikan pengalaman sosial sebagai sesuatu yang sangat menakutkan dan membebani.

Setiap aspek ini, baik genetik, lingkungan, maupun biologis, berkontribusi dalam membangun dinding tebal kecemasan sosial yang sering kali sulit untuk ditembus. Namun, dengan pemahaman yang tepat dan bantuan yang sesuai, dinding ini dapat diruntuhkan, membuka jalan menuju kebebasan interaksi sosial.

Baca juga: Manfaat Terapi Perilaku Dan Cara Melakukannya

Gejala Gangguan Kecemasan Sosial

Kecemasan sosial

Gangguan kecemasan sosial, sebuah kondisi yang seringkali tersembunyi namun mempengaruhi kehidupan sehari-hari, dapat ditandai oleh beragam gejala yang mencolok. Misalnya, ada ketakutan yang intens terhadap aktivitas rutin seperti bertemu orang baru, mengawali percakapan, atau bahkan berbicara lewat telepon.

Tidak hanya itu, kegiatan sosial seperti berbincang dalam kelompok, menikmati makan bersama, atau menghadiri pesta seringkali menjadi sumber kekhawatiran yang berlebihan, mendorong penderitanya untuk menghindarinya.

Lebih lanjut, mereka yang mengidap gangguan ini kerap merasa cemas saat melakukan tindakan yang mereka anggap berpotensi memalukan, seperti tersipu, berkeringat, atau terlihat tidak kompeten di mata orang lain.

Kesulitan ini diperparah dengan perasaan selalu diawasi dan dinilai oleh sekitar saat melakukan sesuatu. Ketakutan akan kritik, menghindari kontak mata, dan rendahnya rasa percaya diri juga merupakan ciri khas gangguan ini.

Gejala fisik pun sering muncul, termasuk rasa sakit yang tak terdefinisi, berkeringat, gemetar, atau bahkan palpitasi semua merupakan tanda-tanda dari serangan panik yang tak jarang dialami oleh penderita gangguan kecemasan sosial. Dengan begitu, gangguan ini bukan hanya perihal pikiran, namun juga mempengaruhi kondisi fisik secara nyata.

Baca juga: Mengenal Insomnia, Penyebab Dan Cara Mengatasinya

Lakukan Terapi untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri

Kecemasan sosial

Pengobatan gangguan kecemasan sosial biasanya melibatkan pendekatan yang holistik, memadukan terapi perilaku kognitif, psikoterapi, dan terkadang obat-obatan. Mari kita jelajahi masing-masing metode ini secara lebih detail:

1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

CBT berfokus pada mengubah pola pikir dan perilaku yang berkontribusi terhadap kecemasan sosial. Terapi ini meliputi identifikasi dan tantangan terhadap pemikiran negatif, serta mengembangkan keterampilan mengatasi situasi sosial yang menantang.

Salah satu komponen penting dari CBT adalah eksposur bertahap terhadap situasi yang menimbulkan kecemasan, untuk mengurangi respons ketakutan. CBT terbukti efektif dalam mengurangi gejala kecemasan sosial dan meningkatkan kualitas hidup.

2. Psikoterapi

Berbagai bentuk psikoterapi dapat digunakan, termasuk terapi interpersonal atau terapi berfokus pada solusi. Terapi ini sering kali menangani masalah yang lebih dalam, seperti kepercayaan diri, hubungan interpersonal, dan pengolahan emosi.

Psikoterapi dapat membantu individu membangun keterampilan sosial dan meningkatkan kepercayaan diri dalam situasi sosial. Dukungan Emosional juga memberikan ruang yang aman untuk membahas kekhawatiran dan emosi yang terkait dengan kecemasan sosial.

3. Obat-0batan

Jenis Obat Antidepresan (seperti SSRI atau SNRI) dan obat ansiolitik dapat diresepkan dan dalam pengawasan dokter. Tujuannya untuk mengurangi gejala kecemasan, memudahkan proses terapi, dan meningkatkan kualitas hidup.

Perlu dipertimbangkan efek samping dan manajemen jangka panjang. Penggunaan obat-obatan biasanya lebih efektif bila dikombinasikan dengan terapi psikologis. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikiater untuk menentukan obat yang paling sesuai.

Penting untuk diingat bahwa pengobatan gangguan kecemasan sosial sering memerlukan waktu dan kesabaran. Proses ini melibatkan kerja sama erat antara individu dan profesional kesehatan mental, serta komitmen untuk mengikuti rencana pengobatan yang disusun.