Mengenal Apa Itu Gangguan Depresi Mayor dan Cara Mengatasinya

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
Twitter
gangguan depresi mayor

Gangguan Depresi Mayor (GDM) adalah kondisi kesehatan mental serius yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas, dan berbagai gejala fisik dan emosional lainnya. Kondisi ini mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan mengatur kegiatan sehari-hari.

Apa itu Gangguan Depresi Mayor?

gangguan depresi mayor

Gangguan depresi mayor adalah bentuk depresi klinis yang berlangsung beberapa minggu hingga bulan. Ini bisa berulang sepanjang hidup seseorang. Depresi mayor terdiri dari beberapa subtipe, seperti depresi atipikal, Seasonal affective disorder (SAD), depresi prenatal, dan postpartum depression.

Gejala Gangguan Depresi Mayor

berikut adalah penjelasan yang lebih lengkap mengenai gejala Gangguan Depresi Mayor (GDM):

  • Perasaan Sedih, Kosong, atau Putus Asa yang Berkepanjangan: Ini adalah gejala khas GDM. Individu mungkin merasa sangat sedih, tanpa harapan, dan kehilangan minat dalam kehidupan sehari-hari. Perasaan ini bukan hanya sedih biasa yang dirasakan semua orang kadang-kadang, tetapi lebih mendalam dan menetap.
  • Kehilangan Minat atau Kesenangan dalam Aktivitas yang Biasanya Disukai: Individu dengan GDM sering kehilangan minat atau kesenangan dalam hobi atau aktivitas yang sebelumnya menyenangkan, termasuk kegiatan sosial atau hobi.
  • Perubahan Berat Badan atau Nafsu Makan: Bisa terjadi penurunan atau peningkatan berat badan yang signifikan tanpa diet atau program penurunan berat badan. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan nafsu makan, baik peningkatan atau penurunan.
  • Insomnia atau Hipersomnia: Gangguan tidur adalah gejala umum GDM. Ini bisa berupa kesulitan untuk mulai tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia).
  • Kekurangan Energi atau Kelelahan: Orang dengan GDM sering merasa lelah sepanjang waktu, bahkan tanpa melakukan aktivitas yang berat. Mereka mungkin merasa kekurangan energi secara kronis.
  • Perasaan Tidak Berharga atau Rasa Bersalah Berlebihan: Gejala ini mencakup perasaan rendah diri yang ekstrim dan tidak rasional serta rasa bersalah yang berlebihan, sering kali terkait dengan situasi atau kejadian yang sebenarnya tidak seharusnya menimbulkan perasaan tersebut.
  • Kesulitan Berkonsentrasi atau Mengambil Keputusan: Individu mungkin mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat detail, dan membuat keputusan. Hal ini sering mempengaruhi kinerja di tempat kerja atau sekolah.
  • Pikiran tentang Kematian atau Bunuh Diri: Pikiran serius tentang kematian, ide bunuh diri, rencana bunuh diri, atau percobaan bunuh diri adalah gejala serius dari GDM yang membutuhkan perhatian medis segera.

Penyebab Gangguan Depresi Mayor

gangguan depresi mayor

Penyebab Gangguan Depresi Mayor (GDM) memang belum sepenuhnya dipahami, tetapi para ahli mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap perkembangannya:

  • Faktor Genetik: Ada bukti yang menunjukkan bahwa GDM dapat diwariskan dalam keluarga. Jika seseorang memiliki kerabat dekat yang pernah mengalami depresi mayor, risikonya untuk mengembangkan kondisi yang sama lebih tinggi.
  • Gangguan Senyawa Kimia Otak: Senyawa kimia di otak, seperti serotonin, norepinefrin, dan dopamin, yang berperan dalam mengatur suasana hati dan emosi, diyakini terganggu pada orang dengan GDM. Ketidakseimbangan dalam neurotransmitter ini dapat berkontribusi terhadap gejala depresi.
  • Penyalahgunaan NAPZA dan Alkohol: Penggunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA), atau konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan risiko depresi. Substansi-substansi ini dapat mengubah kimia otak dan mempengaruhi mood serta emosi.
  • Kondisi Medis Tertentu: Penyakit kronis seperti kanker, hipotiroidisme, penyakit jantung, dan diabetes dapat meningkatkan risiko depresi, baik melalui stres yang diakibatkannya maupun efek langsung pada otak.
  • Pengalaman Traumatis: Kejadian hidup yang traumatis, seperti kehilangan orang terdekat, pengalaman kekerasan, child abuse, bullying, dan pelecehan seksual, dapat memicu depresi.
  • Efek Samping Obat-Obatan: Beberapa jenis obat, termasuk steroid dan beberapa obat tekanan darah tinggi, dapat memiliki efek samping yang berpotensi menyebabkan depresi.
  • Perubahan Besar dalam Hidup: Kejadian penting seperti bangkrut, pensiun dini, atau kehilangan pekerjaan bisa menjadi stresor yang memicu depresi pada beberapa orang.

Baca juga: Gejala PTSD, Penyebab Serta Penanganannya

Cara Menghadapi dan Pengobatan

gangguan depresi mayor

Pengobatan gangguan depresi mayor melibatkan pendekatan komprehensif yang mencakup kombinasi dari pemberian obat-obatan, psikoterapi, terapi stimulasi otak, dan perubahan gaya hidup. Berikut penjelasan lebih detail tentang masing-masing aspek pengobatan:

1. Pemberian Obat-obatan

Obat-obatan antidepresan memainkan peran penting dalam pengobatan gangguan depresi mayor. Mereka bekerja dengan menyesuaikan keseimbangan neurotransmitter di otak, yang mempengaruhi suasana hati dan emosi. Jenis antidepresan yang sering diresepkan meliputi:

  • Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs): Seperti fluoxetine, sertraline, dan citalopram. SSRIs relatif lebih aman dengan efek samping yang lebih sedikit.
  • Serotonin and Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRIs): Seperti venlafaxine dan duloxetine.
  • Tricyclic Antidepressants (TCAs): Efektif tapi dengan efek samping yang lebih banyak.
  • Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs): Digunakan sebagai pilihan terakhir karena interaksi obat dan makanan yang potensial.

Dalam beberapa kasus, terutama bila ada gejala psikosis atau gangguan mood lainnya, dokter mungkin juga meresepkan antipsikotik.

2. Psikoterapi

Psikoterapi merupakan komponen penting dalam pengobatan depresi mayor. Berbagai jenis terapi yang umum digunakan meliputi:

  • Konseling: Memberikan dukungan emosional dan membantu pasien mengatasi masalah sehari-hari.
  • Terapi Wicara: Membantu pasien mengungkapkan perasaan mereka dan belajar cara menghadapi situasi sulit.
  • Cognitive Behavioral Therapy (CBT): Terapi ini fokus pada pola pikir dan perilaku yang berkontribusi terhadap depresi dan mengajarkan cara mengubahnya.

3. Terapi Stimulasi Otak

Terapi stimulasi otak digunakan bila pengobatan standar tidak efektif. Ini termasuk:

  • Electroconvulsive Therapy (ECT): Menggunakan arus listrik untuk menginduksi kejang yang terkontrol dan telah terbukti efektif untuk depresi berat.
  • Transcranial Magnetic Stimulation (TMS): Menggunakan medan magnet untuk merangsang neuron di daerah tertentu dari otak.

4. Perubahan Gaya Hidup

Mengadopsi gaya hidup sehat adalah kunci untuk mengelola gejala depresi dan meningkatkan kesehatan mental secara umum:

  • Menghindari Alkohol dan Obat-obatan: Substansi ini dapat memperburuk depresi dan berinteraksi dengan obat-obatan.
  • Berhenti Merokok: Merokok dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi.
  • Olahraga Rutin: Aktivitas fisik dapat meningkatkan mood dan kesehatan mental.
  • Diet Sehat: Pola makan yang seimbang mendukung kesehatan otak dan tubuh.
  • Tidur Cukup: Kualitas dan durasi tidur yang cukup esensial untuk kesehatan mental.

Penting untuk diingat bahwa pengobatan depresi mayor seringkali memerlukan pendekatan individual. Kerjasama erat antara pasien dan profesional kesehatan sangat penting untuk menemukan kombinasi pengobatan yang tepat.

Baca juga: Manfaat Terapi Perilaku Dan Cara Melakukannya