Crowd Psychology: Mengapa Orang Bertindak Berbeda dalam Kerumunan

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
Twitter
Crowd Psychology: Mengapa Orang Bertindak Berbeda dalam Kerumunan

Ketika berada di tengah kerumunan, pernahkah Anda merasa bertindak berbeda dari biasanya? Fenomena ini sering kali dikaitkan dengan psikologi kerumunan, cabang ilmu yang mempelajari bagaimana perilaku individu dapat berubah saat menjadi bagian dari kelompok besar. Artikel ini akan membahas apa itu psikologi kerumunan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi keputusan kita.

Apa Itu Psikologi Kerumunan?

Psikologi kerumunan adalah studi tentang bagaimana individu berperilaku saat berada dalam kelompok besar. Dalam situasi kerumunan, identitas individu cenderung melebur ke dalam identitas kelompok. Hal ini sering kali menyebabkan seseorang bertindak dengan cara yang tidak akan mereka lakukan jika sendirian. Fenomena ini dapat diamati dalam berbagai situasi, seperti protes, konser musik, atau bahkan antrian panjang di toko.

Salah satu teori awal mengenai psikologi kerumunan berasal dari Gustave Le Bon dalam bukunya The Crowd: A Study of the Popular Mind (1895). Le Bon menjelaskan bahwa kerumunan memiliki “jiwa kolektif” yang membuat individu kehilangan rasa tanggung jawab pribadi dan mengikuti arus emosi serta tindakan kelompok.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku dalam Kerumunan

  1. Deindividuasi Deindividuasi adalah kondisi di mana seseorang kehilangan rasa identitas pribadi dan tanggung jawab saat berada dalam kelompok besar. Anonimitas dan rasa kebersamaan sering kali menjadi pemicu utama. Contohnya adalah perilaku agresif yang muncul dalam kerusuhan massa.
  2. Pengaruh Sosial Dalam kerumunan, individu cenderung mengikuti norma kelompok. Jika mayoritas orang dalam kerumunan bertepuk tangan, tertawa, atau bahkan berteriak, individu lain cenderung ikut melakukan hal yang sama. Ini terjadi karena manusia memiliki kecenderungan alami untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
  3. Emosi Kolektif Kerumunan sering kali menjadi katalisator emosi. Emosi yang dirasakan oleh satu individu dapat menyebar dengan cepat ke seluruh kelompok, menciptakan gelombang euforia, ketakutan, atau bahkan kemarahan yang sulit dikendalikan.
  4. Teori Konvergensi Menurut teori ini, individu yang memiliki kecenderungan perilaku tertentu cenderung berkumpul dalam kerumunan. Misalnya, kerumunan penggemar sepak bola yang fanatik mungkin terdiri dari orang-orang yang sudah memiliki minat dan emosi yang serupa sebelum bergabung.

Contoh Nyata dari Psikologi Kerumunan

  1. Protes dan Demonstrasi Dalam protes besar, rasa solidaritas sering kali muncul, mendorong individu untuk bertindak lebih berani daripada biasanya. Namun, jika emosi negatif seperti kemarahan meluas, protes damai bisa berubah menjadi kerusuhan.
  2. Konser Musik Di konser, suasana yang penuh semangat dan antusiasme seringkali membuat orang melompat, menyanyi, atau menari tanpa rasa malu, meskipun mereka mungkin tidak akan melakukannya di tempat lain.
  3. Panic Buying Ketika banyak orang membeli barang secara berlebihan, seperti yang terjadi selama pandemi COVID-19, individu lain cenderung ikut-ikutan meskipun mereka tidak membutuhkan barang tersebut dalam jumlah besar.

Bagaimana Mengelola Perilaku dalam Kerumunan?

Memahami psikologi kerumunan dapat membantu kita mengambil keputusan yang lebih bijak saat berada dalam kelompok besar:

  • Sadari Diri Sendiri: Ingat bahwa Anda tetap memiliki kendali atas tindakan Anda, meskipun berada di tengah kerumunan.
  • Jangan Ikut Arus Secara Membabi Buta: Evaluasi apakah tindakan kelompok sesuai dengan nilai dan tujuan Anda.
  • Kenali Pemicu Emosi: Jika situasi mulai memanas, cobalah menjauh untuk mencegah terlibat dalam tindakan yang mungkin Anda sesali.

Psikologi kerumunan mengajarkan kita bahwa manusia adalah makhluk sosial yang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Dalam kerumunan, perilaku kita dapat berubah karena faktor seperti deindividuasi, pengaruh sosial, dan emosi kolektif. Dengan memahami bagaimana kerumunan mempengaruhi kita, kita dapat lebih sadar dalam bertindak dan membuat keputusan yang lebih bijaksana. Jadi, lain kali Anda berada di tengah kerumunan, coba tanyakan pada diri sendiri: apakah tindakan saya benar-benar mencerminkan siapa saya?

Baca juga: Kekuatan Bertanya (The Power of Asking)