Cognitive Dissonance: Ketika Dua Pemikiran Saling Bertentangan

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
Twitter
Cognitive Dissonance: Ketika Dua Pemikiran Saling Bertentangan

Pernahkah Anda merasa tidak nyaman setelah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai Anda? Atau mungkin, Anda tetap mempertahankan keyakinan meskipun ada bukti bertentangan? Fenomena ini dikenal sebagai cognitive dissonance disonansi kognitif, yaitu keadaan di mana seseorang memiliki dua pemikiran atau keyakinan saling bertentangan.

Apa Penyebab Cognitive Dissonance?

Cognitive Dissonance: Ketika Dua Pemikiran Saling Bertentangan

Disonansi kognitif, sebuah fenomena psikologis yang menarik, dapat muncul dari berbagai situasi yang membingungkan. Salah satunya adalah perilaku tidak konsisten dengan keyakinan yang dimiliki. Sebagai contoh, bayangkan seseorang yang sangat menyadari bahaya merokok namun tetap saja merokok secara teratur.

Selain itu, disonansi kognitif juga bisa terjadi ketika ada informasi baru yang bertentangan dengan keyakinan yang telah ada sebelumnya. Misalnya, seorang yang selama ini yakin bahwa bumi itu datar, tiba-tiba mendapati bukti ilmiah yang menguatkan bahwa bumi itu bulat.

Tidak hanya itu, tekanan sosial juga dapat menjadi pemicu disonansi kognitif. Ketika seseorang merasa terdorong mengubah keyakinannya demi mendapat penerimaan sosial atau menghindari konflik, hal itu bisa menciptakan ketidaknyamanan psikologis yang disebut sebagai disonansi kognitif. Sebagai contoh, seseorang mungkin merasa terpaksa mengikuti agama tertentu meskipun sebenarnya tidak sepenuhnya yakin.

Baca juga: Cara Ampuh Atasi Pikiran Negatif

Dampak yang Ditimbulkan Cognitive Dissonance

Cognitive Dissonance: Ketika Dua Pemikiran Saling Bertentangan

Disonansi kognitif, atau ketidaknyamanan mental yang muncul saat seseorang memiliki pemikiran atau keyakinan yang saling bertentangan, dapat membawa dampak negatif pada individu. Beberapa dampak tersebut meliputi:

  • Ketidaknyamanan dan stres: Seseorang mungkin merasa gelisah, cemas, atau malu ketika dihadapkan dengan dua pemikiran saling bertentangan. Perasaan ini dapat mengganggu kesejahteraan mental dan emosional individu.
  • Perasaan bersalah dan malu: Disonansi kognitif juga dapat menyebabkan seseorang merasa bersalah karena melakukan sesuatu bertentangan dengan nilai-nilainya atau keyakinannya. Hal ini dapat menimbulkan perasaan malu dan merugikan kepercayaan diri individu.
  • Perubahan perilaku: Untuk mengurangi disonansi kognitif, seseorang mungkin akan mengubah perilakunya agar sesuai keyakinannya yang sebenarnya. Atau, individu dapat mencari cara merasionalisasi perilaku yang bertentangan dengan pemikiran atau keyakinannya. Perubahan perilaku ini dapat mengganggu stabilitas dan konsistensi dalam kehidupan individu.

Baca juga: Sosial Justice Warrior SJW Identik Dengan Anak Muda, Apakah Buruk?

Mencari Jalan Keluar

Cognitive Dissonance: Ketika Dua Pemikiran Saling Bertentangan

Meskipun disonansi kognitif dapat terasa tidak nyaman, ada beberapa cara mengatasinya:

  1. Mengubah perilaku agar sesuai keyakinan: Ini adalah cara paling efektif mengurangi disonansi kognitif.
  2. Mencari informasi baru yang mendukung keyakinan: Hal ini dapat membantu seseorang memperkuat keyakinannya dan mengurangi rasa tidak nyaman.
  3. Meremehkan pentingnya keyakinan: Seseorang dapat mencoba tidak terlalu memikirkan keyakinannya yang bertentangan.

Disonansi kognitif adalah fenomena yang umum terjadi pada semua orang. Dengan memahami apa itu disonansi kognitif, Anda dapat belajar bagaimana mengatasinya dengan lebih baik dan menjadi lebih aware terhadap diri sendiri.

Baca juga: Tingkatkan Mood Booster Dengan 5 Cara Sederhana Ini