Mengenal Ciri-ciri Autis Pada Anak Sejak Dini

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
Twitter
autis

Autisme atau yang secara awam biasa disebut autis adalah suatu kondisi neurologis yang mempengaruhi perkembangan individu, khususnya dalam hal komunikasi, interaksi sosial, dan pola perilaku. Mengenali ciri-ciri autis pada anak sejak dini sangat penting untuk memberikan intervensi yang tepat dan mendukung perkembangan mereka. Artikel berikut akan menjelaskan mengenai apa itu autis, ciri-cirinya dan bagaimana penanganannya

Apa Itu Autis?

Menurut DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.

autism spectrum disorder (ASD), atau gangguan spektrum autisme, atau autis adalah kelompok gangguan perkembangan neurologis yang ditandai oleh defisit dalam komunikasi sosial dan adanya perilaku yang terbatas, berulang, dan stereotip.

DSM-5 menggambarkan autisme sebagai spektrum karena gejalanya dapat bervariasi dari ringan hingga berat, dan setiap individu dengan ASD dapat menunjukkan kombinasi unik dari ciri-ciri tersebut.

Baca juga: Jenis-jenis Kesulitan Belajar dan Penyebabnya

Mengenal Ciri-ciri Autis Pada Anak

ciri-ciri autis
Source: Pexels

Mengenali ciri-ciri autis pada anak sejak dini sangat penting untuk memberikan intervensi yang tepat dan mendukung perkembangan mereka. Ciri-ciri anak dengan autisme dapat bervariasi, dan setiap anak mungkin menunjukkan gejala dengan tingkat keparahan yang berbeda. Berikut adalah beberapa ciri umum anak dengan autisme:

1. Keterbatasan dalam Berkomunikasi

  • Anak mungkin mengalami kesulitan dalam memulai atau menjaga percakapan.
  • Kemampuan bahasa yang terbatas atau keterlambatan dalam pengembangan bicara.
  • Mengulang kata-kata atau frasa tanpa tujuan yang jelas.

2. Keterbatasan dalam Interaksi Sosial

  • Kesulitan membentuk dan mempertahankan hubungan dengan teman sebaya atau orang dewasa.
  • Kurangnya minat dalam bermain bersama atau berbagi pengalaman dengan orang lain.
  • Kesulitan memahami ekspresi wajah dan emosi orang lain.

3. Perilaku yang Terbatas dan Berulang

  • Menunjukkan ketertarikan yang intens pada objek atau aktivitas tertentu.
  • Melibatkan diri dalam gerakan tubuh yang berulang, seperti berputar atau menggerakkan tangan secara terus menerus.
  • Kesulitan beradaptasi dengan perubahan rutinitas atau lingkungan.

4. Keterbatasan dalam Kemampuan Bermain

  • Kurangnya imajinasi dalam bermain atau kesulitan terlibat dalam permainan berimajinasi.
  • Fokus pada bagian-bagian tertentu dari mainan daripada bermain secara menyeluruh.

5. Reaksi yang Tidak Biasa terhadap Sensori

  • Sensitivitas yang tinggi atau rendah terhadap rangsangan sensori, seperti suara, cahaya, atau sentuhan.
  • Reaksi yang berlebihan atau kurang responsif terhadap sensasi tertentu.

6. Keterlambatan dalam Perkembangan Bahasa dan Motorik

  • Keterlambatan dalam perkembangan bicara dan bahasa.
  • Kesulitan mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua anak dengan autisme akan menunjukkan semua ciri-ciri ini, dan beberapa anak mungkin memiliki keunikan sendiri dalam memanifestasi gejala autisme. Jika ada kekhawatiran mengenai perkembangan anak, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan atau spesialis perkembangan anak untuk penilaian lebih lanjut. Diagnosis dini dan intervensi yang tepat dapat membantu anak-anak dengan autisme mengatasi hambatan dan berkembang secara optimal.

Baca juga: Memahami Toxic Parenting Dan Dampak Negatifnya

Penyebab dan Faktor Resiko

faktor penyebab autis
Source: Pexels

Penyebab gangguan autis masih merupakan area penelitian yang terus berkembang, dan belum ada penjelasan pasti mengenai faktor yang menyebabkannya. Namun, sejumlah faktor genetik dan lingkungan telah diidentifikasi sebagai berpotensi terkait dengan perkembangan gangguan autis pada seseorang. Berikut adalah beberapa penyebab dan faktor risiko yang mungkin terkait dengan gangguan autis:

1. Faktor Genetik

Faktor genetik memainkan peran kunci dalam perkembangan gangguan autis. Anak yang memiliki saudara kandung dengan gangguan autis memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini. Beberapa keluarga juga memiliki riwayat genetik yang dapat meningkatkan kemungkinan gangguan autis.

2. Mutasi Genetik

Mutasi atau perubahan pada gen tertentu dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan autis. Meskipun banyak kasus tidak dapat dihubungkan dengan satu mutasi gen spesifik, beberapa kasus terkait dengan kelainan genetik tertentu.

3. Gangguan Neurobiologis

Ada indikasi bahwa gangguan neurobiologis, seperti gangguan perkembangan otak, dapat berperan dalam gangguan autis. Gangguan ini dapat mempengaruhi cara otak berkembang dan berfungsi.

4. Faktor Lingkungan

Paparan pada faktor lingkungan selama masa kehamilan atau periode awal kehidupan anak mungkin berkontribusi pada risiko gangguan autis. Faktor-faktor ini dapat mencakup paparan zat kimia tertentu, infeksi selama kehamilan, atau masalah selama persalinan.

5. Usia Orang Tua

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia orang tua, terutama usia ibu, dapat berpengaruh pada risiko gangguan autis pada anak. Anak yang lahir dari ibu yang lebih tua mungkin memiliki risiko lebih tinggi.

6. Faktor Imunologis

Beberapa penelitian juga mengeksplorasi keterkaitan antara gangguan autis dan masalah sistem kekebalan tubuh (imunologi). Gangguan sistem kekebalan tubuh mungkin memainkan peran dalam perkembangan kondisi ini.

Penting untuk diingat bahwa interaksi kompleks antara faktor-faktor genetik dan lingkungan kemungkinan besar berperan dalam gangguan autis. Masing-masing individu mungkin memiliki kombinasi faktor-faktor yang berbeda, menjadikan setiap kasus gangguan autis unik.

Baca juga: Cara Terapi Wicara Anak Di Rumah

Menangani Anak dengan Gangguan Autisme

menangani autis
Source: Pexels

Menangani anak dengan autisme memerlukan pemahaman, kesabaran, dan pendekatan yang sesuai untuk mendukung perkembangannya. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu menangani anak dengan autis:

1. Pendidikan dan Informasi

Dapatkan pemahaman yang mendalam tentang autisme, baik melalui literatur, sumber daya online, maupun konsultasi dengan profesional kesehatan atau spesialis pendidikan. Pemahaman yang baik akan membantu dalam merancang pendekatan yang tepat.

2. Komunikasi yang Jelas

Gunakan komunikasi yang jelas, sederhana, dan langsung. Jangan ragu untuk mengulang informasi dan gunakan gambar atau alat bantu komunikasi visual jika diperlukan.

3. Bentuk Rutinitas yang Konsisten

Anak-anak dengan autisme sering merasa nyaman dengan rutinitas yang konsisten. Usahakan untuk menyediakan rutinitas harian yang dapat diandalkan, karena hal ini dapat memberikan perasaan keamanan.

4. Gunakan Metode Pembelajaran yang Sesuai

Pilih metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar anak. Beberapa anak mungkin merespons lebih baik terhadap pendekatan visual atau penggunaan media, sementara yang lain lebih suka pembelajaran praktis.

5. Terapi Perilaku dan Komunikasi

Pertimbangkan terapi perilaku yang terbukti efektif untuk anak-anak dengan autisme. Terapi ini dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial, komunikasi, dan perilaku adaptif.

6. Berikan Dukungan Sosial

Berikan kesempatan untuk berinteraksi sosial dengan teman sebaya atau keluarga. Dukungan sosial dapat membantu anak merasa terlibat dalam lingkungan sekitarnya.

7. Perhatikan Kebutuhan Sensori

Anak dengan autisme mungkin memiliki kepekaan yang berbeda terhadap rangsangan sensori. Perhatikan preferensi mereka terhadap cahaya, suara, atau tekstur, dan sesuaikan lingkungan sekitar mereka sesuai kebutuhan.

8. Kerjasama dengan Profesional Kesehatan

Kerjasama dengan profesional kesehatan, seperti psikolog, terapis bicara, atau terapis okupasi, dapat memberikan panduan dan dukungan tambahan yang diperlukan.

9. Konsistensi dan Kesabaran

Konsistensi dan kesabaran adalah kunci. Perubahan mungkin memerlukan waktu dan adaptasi. Berikan pujian dan dukungan untuk setiap kemajuan yang dicapai.

10. Libatkan Keluarga

Libatkan keluarga dalam mendukung anak dengan autisme. Keterlibatan keluarga dapat menciptakan lingkungan yang konsisten dan memberikan dukungan yang diperlukan.

Penting untuk diingat bahwa setiap anak dengan autisme unik, sehingga pendekatan yang efektif dapat bervariasi. Melibatkan diri dalam pendidikan kontinu dan berkomunikasi secara terbuka dengan profesional kesehatan akan membantu meningkatkan keterampilan dalam menangani anak dengan autisme secara efektif.

Baca juga: