Di era media sosial yang penuh dengan pencitraan, poseur menjadi fenomena yang semakin marak. Mereka adalah orang-orang yang berpura-pura memiliki kehidupan yang glamor, sempurna, dan menarik untuk mendapatkan perhatian dan validasi dari orang lain.
Poser ini bagaikan kupu-kupu indah yang hinggap di taman media sosial, memamerkan sayap penuh warna dengan gaya hidup yang seolah sempurna. Namun, di balik keindahan itu, tersembunyi sebuah realitas: kebohongan dan kepura-puraan.
Apa Itu Poser?
“Poser” adalah istilah slang yang biasanya digunakan untuk merujuk pada seseorang yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya, seringkali untuk mendapatkan perhatian atau penerimaan dari kelompok tertentu. Kata ini sering digunakan dalam konteks subkultur atau komunitas tertentu, seperti musik, olahraga ekstrem, atau hobi, di mana otentisitas dan keaslian dianggap penting. Misalnya:
- Musik: Seseorang yang berpura-pura menjadi penggemar berat genre musik tertentu, tetapi sebenarnya tidak tahu banyak tentangnya atau tidak benar-benar menyukainya.
- Olahraga Ekstrem: Seseorang yang mengklaim memiliki keterampilan atau pengalaman dalam olahraga seperti skateboarding atau surfing, padahal sebenarnya tidak memiliki kemampuan yang diklaim.
- Fesyen: Seseorang yang berpakaian atau berpenampilan seperti kelompok tertentu (misalnya, punk, goth) tanpa benar-benar memahami atau menghargai budaya atau nilai-nilai yang terkait dengan kelompok tersebut.
Ciri-ciri Poseur
1. Terobsesi dengan Pencitraan
Poseur selalu berusaha menampilkan citra diri yang sempurna di media sosial. Mereka kerap mengunggah foto-foto mewah, berlibur ke tempat eksotis, dan memamerkan barang-barang branded.
2. Mencari Validasi
Poseur haus akan pujian dan pengakuan dari orang lain. Mereka senang mendapatkan likes, komentar, dan pengikut di media sosial.
3. Berbohong dan Melebih-lebihkan
Poseur tidak segan untuk berbohong dan melebih-lebihkan cerita demi menarik perhatian. Mereka mungkin berpura-pura memiliki pekerjaan yang prestisius, memiliki hubungan yang sempurna, atau menjalani gaya hidup yang fantastis.
4. Tidak Autentik
Poseur tidak menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya. Mereka selalu berusaha menjadi orang lain yang mereka anggap lebih menarik dan dikagumi.
Di tengah tekanan sosial untuk selalu terlihat sempurna, banyak orang terjebak menjadi poseur. Kesadaran akan diri sendiri dan penerimaan terhadap keunikan pribadi adalah kunci untuk menghindari perangkap ini.
Baca juga: Cara Meningkatkan Resilien Dengan Bantuan Terapi
Dampak Negatif Poseur
1. Menciptakan Standar yang Tidak Realistis
Poseur dapat membuat orang lain merasa tidak puas dengan kehidupan mereka sendiri. Melihat gaya hidup mewah dan sempurna para poseur di media sosial, orang lain mungkin merasa minder dan insecure.
2. Mendorong Perilaku Tidak Sehat
Keinginan untuk menjadi poseur dapat mendorong orang lain untuk melakukan hal-hal yang tidak sehat, seperti berbohong, berhutang, atau bahkan melakukan tindakan kriminal demi mendapatkan barang-barang mewah.
3. Merusak Hubungan
Ketidakjujuran dan kepura-puraan para poseur dapat merusak hubungan mereka dengan orang lain. Orang-orang yang dekat dengan poseur mungkin merasa kecewa dan dikhianati ketika mengetahui bahwa poseur tidak seperti yang mereka bayangkan.
Fenomena poseur tidak hanya mempengaruhi individu secara pribadi, tetapi juga memberikan dampak negatif yang lebih luas pada masyarakat. Dengan mengenali dan menghindari perilaku ini, kita dapat membangun hubungan yang lebih sehat dan menjalani hidup yang lebih autentik.
Baca juga: Manfaat Terapi Gestalt Dalam Memahami Diri Sendiri