Apa Bedanya Classical dan Operant Condition

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
Twitter
Apa Bedanya Classical dan Operant Condition

Belajar adalah proses yang terjadi sepanjang hidup, dan psikologi telah mengidentifikasi banyak cara bagaimana kita mendapatkan perilaku baru. Salah satu konsep paling penting dalam psikologi pembelajaran adalah classical conditioning dan operant conditioning. Keduanya menjadi pondasi dalam memahami bagaimana manusia dan hewan mempelajari hal baru atau mengubah perilaku mereka.

Namun, meskipun memiliki tujuan yang serupa, keduanya berbeda dalam metode dan prinsip yang digunakan. Mari kita jelajahi perbedaan mendasar antara kedua teori ini.

Apa Itu Classical Conditioning?

Classical conditioning adalah metode pembelajaran yang pertama kali diperkenalkan oleh Ivan Pavlov, seorang ahli fisiologi asal Rusia. Teori ini didasarkan pada asosiasi antara stimulus yang awalnya netral dengan stimulus yang memiliki respons alami.

Contoh dan Proses Classical Conditioning

Pavlov menunjukkan eksperimen dengan anjing di mana ia membunyikan bel setiap kali ia memberikan makanan kepada anjing. Awalnya, bel tidak memengaruhi anjing, tetapi setelah beberapa kali asosiasi, anjing mulai mengeluarkan air liur setiap kali mendengar bunyi bel, meskipun tidak ada makanan yang diberikan.

Proses ini melibatkan beberapa elemen penting:

  1. Stimulus Netral (SN): Stimulus yang awalnya tidak memicu respons (bunyi bel).
  2. Stimulus Tidak Bersyarat (STB): Stimulus yang secara alami memicu respons (makanan).
  3. Respons Tidak Bersyarat (RTB): Respons alami terhadap STB (anjing mengeluarkan air liur saat melihat makanan).
  4. Stimulus Bersyarat (SB): Stimulus netral yang akhirnya memicu respons setelah asosiasi (bunyi bel setelah diasosiasikan dengan makanan).
  5. Respons Bersyarat (RB): Respons yang dipelajari terhadap stimulus bersyarat (air liur terhadap bunyi bel).

Apa Itu Operant Conditioning?

Sebaliknya, operant conditioning adalah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh B.F. Skinner, yang berfokus pada hubungan antara perilaku dan konsekuensinya. Dalam pendekatan ini, perilaku dipengaruhi oleh konsekuensi positif atau negatif yang menyertainya.

Prinsip Dasar Operant Conditioning

  1. Penguatan Positif: Memberikan hadiah atau penghargaan untuk meningkatkan kemungkinan perilaku tertentu. Contohnya, seorang anak yang mendapatkan permen setiap kali menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
  2. Penguatan Negatif: Menghilangkan sesuatu yang tidak menyenangkan untuk mendorong perilaku tertentu. Misalnya, menyalakan AC untuk menghilangkan rasa panas, sehingga perilaku menyalakan AC lebih sering dilakukan.
  3. Hukuman Positif: Memberikan konsekuensi yang tidak menyenangkan untuk mengurangi perilaku tertentu, seperti memberikan teguran kepada siswa yang berbicara saat pelajaran.
  4. Hukuman Negatif: Menghapus sesuatu yang menyenangkan sebagai konsekuensi, seperti mencabut hak bermain game ketika anak melanggar aturan.

Perbedaan Utama Classical dan Operant Conditioning

AspekClassical ConditioningOperant Conditioning
PenemuIvan PavlovB.F. Skinner
Prinsip DasarAsosiasi antara dua stimulusHubungan antara perilaku dan konsekuensinya
ResponsTidak disengaja (refleksif, otomatis)Disengaja (volunter, dikendalikan)
FokusStimulus mendahului responsKonsekuensi mengikuti perilaku
ContohAnjing mengeluarkan air liur saat mendengar belAnak mendapat hadiah karena membersihkan kamar

Baik classical conditioning maupun operant conditioning memberikan wawasan penting tentang bagaimana kita belajar dan membentuk perilaku. Classical conditioning bekerja melalui asosiasi antara stimulus, sementara operant conditioning melibatkan konsekuensi dari perilaku. 

Memahami kedua pendekatan ini tidak hanya relevan untuk psikologi, tetapi juga memiliki aplikasi praktis dalam pendidikan, terapi, hingga pelatihan hewan. Dengan mengetahui cara kerja kedua teori ini, kita bisa lebih bijak dalam membentuk kebiasaan positif dalam kehidupan sehari-hari.