3 Cara Membangun Pernikahan yang Bahagia dan Menghindari Perceraian

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
Twitter
3 Cara Membangun Pernikahan yang Bahagia dan Menghindari Perceraian

Pada hampir lima dekade yang lalu, dua psikolog, Richard Rahe dan Thomas Holmes, menyusun daftar pengalaman manusia yang paling mengganggu, yang dikenal sebagai “Life Stress Inventory.” Di urutan teratas, ada kehilangan pasangan hidup, yang diikuti oleh perceraian dan perpisahan perkawinan. Namun, apakah kita bisa mencegah hal-hal tersebut terjadi, terutama perceraian? Mungkin jawabannya adalah dengan memulai hubungan secara lebih bijak dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan sebuah hubungan.

Mengapa Perceraian Meningkat?

Menurut data terbaru, tingkat perceraian di dunia mencapai sekitar 45%. Sebuah angka yang sangat tinggi dan memprihatinkan, terutama karena hal ini berhubungan langsung dengan kualitas hubungan yang dibangun. Sayangnya, masih belum banyak kampanye atau upaya pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi perceraian. Salah satu alasan utamanya adalah karena banyak orang merasa bahwa hubungan asmara, daya tarik, dan cara hubungan dibangun adalah hal yang tidak bisa diajarkan atau diubah.

Namun, seiring berkembangnya zaman, generasi milenial yang lebih terbuka terhadap pembelajaran dan perkembangan diri mulai menunjukkan minat yang besar dalam memahami bagaimana cara membangun hubungan yang sehat dan langgeng. Mereka lebih cenderung mencari informasi untuk meningkatkan kualitas hubungan mereka, bukan sekadar menjalani hubungan begitu saja.

Tiga Life Hacks untuk Mencegah Perceraian

Pencegahan perceraian bisa dilakukan pada dua titik penting: pertama, saat hubungan mulai retak, dan kedua, sebelum kita berkomitmen atau memiliki anak. Berikut ini adalah tiga “life hacks” yang dapat membantu mencegah perceraian sejak awal.

1. Tunda Pernikahan untuk Kematangan yang Lebih Baik

Saat ini, banyak pasangan muda yang memilih untuk menikah lebih lambat. Di Australia, usia rata-rata pernikahan wanita adalah 30 tahun, sementara pria 32 tahun. Mengapa ini penting? Semakin tua seseorang saat menikah, semakin rendah risiko perceraian. Tiga alasan utama yang mendasari hal ini adalah: pendidikan tinggi, pendapatan yang lebih baik, dan perkembangan kepribadian. Otak manusia masih berkembang hingga usia 25 tahun, dan ini mempengaruhi cara berpikir dan membuat keputusan. Selain itu, kepribadian kita di usia 30 tahun lebih stabil dan dapat lebih bertahan seiring bertambahnya usia dibandingkan dengan kepribadian di usia 20-an yang cenderung berubah cepat.

2. Bagikan Kekuasaan dalam Keputusan Penting

Menurut penelitian John Gottman, seorang psikolog terkemuka dalam studi hubungan, salah satu faktor utama yang membuat pernikahan bertahan adalah pembagian kekuasaan dalam pengambilan keputusan besar, seperti membeli rumah, perjalanan, dan bahkan memutuskan apakah akan memiliki anak. Gottman menemukan bahwa hubungan yang stabil cenderung terjadi ketika pasangan saling mempengaruhi dalam keputusan-keputusan penting ini. Jika salah satu pasangan merasa tidak dihargai atau tidak didengarkan, maka hubungan tersebut berisiko mengalami keretakan. Oleh karena itu, sangat penting untuk saling menghormati dan memastikan bahwa kedua belah pihak memiliki suara yang setara dalam pengambilan keputusan.

3. Reliabilitas: Apakah Pasangan Anda Bisa Diandalkan?

Kepercayaan dan ketergantungan pada pasangan sangat penting dalam mempertahankan hubungan jangka panjang. Masalah utama yang sering muncul dalam hubungan yang telah berjalan lama adalah kurangnya kehandalan pasangan. Ini bisa berupa kemampuan pasangan untuk menepati janji atau bertindak saat dibutuhkan, seperti ketika salah satu pasangan sakit atau menghadapi masalah besar. Jika salah satu pihak merasa tidak dihargai atau tidak mendapatkan dukungan saat yang sangat dibutuhkan, hubungan tersebut akan mengalami kesulitan. Memiliki pasangan yang bisa diandalkan dan selalu mendukung Anda, terutama saat hal itu sangat penting, adalah kunci untuk mempertahankan hubungan yang sehat dan bahagia.

Membangun Hubungan yang Langgeng

Keputusan untuk menikah dan memilih pasangan hidup adalah salah satu keputusan terpenting dalam hidup. Tidak hanya soal romansa atau perasaan cinta, tetapi juga soal kesiapan emosional, kecocokan dalam kehidupan bersama, dan kemampuan untuk tumbuh bersama. Meskipun pernikahan atau hubungan jangka panjang bukan hal yang mudah, dengan pendekatan yang tepat dan pemahaman yang mendalam tentang apa yang dibutuhkan untuk membuat hubungan tersebut bertahan, kita bisa mengurangi risiko perceraian dan membangun masa depan yang lebih bahagia.

Baca juga: Fenomena Self-Diagnosis: Pengaruh TikTok dan Instagram terhadap Kesehatan Mental